BONE,BERITABONE.COM-- Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia (HIMABINA) Universitas Muhammadiyah (UNIM) Bone melakukan kegiata...
BONE,BERITABONE.COM--Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia (HIMABINA) Universitas Muhammadiyah (UNIM) Bone melakukan kegiatan penyuluhan ke siswa UPT SMA Negeri 16 Bone.
Kegiatan dengan tema "Lindungi Milenial dari Pernikahan Usia Dini". Pada kegiatan ini mahasiswa dan dosen diterima langsung oleh Kepala SMAN 16 Bone Usman Ali, S.Pd.,M.Si dan Guru-guru yang ada di sekolah tersebut. Kegiatan ini pusatkan di ruang Perpustakaan.
Pada kegiatan pembukaan Dr. Muh. Safar, S.Pd.,M.Pd selaku dosen pendamping memberikan sambutan sekaligus materi pada kegiatan Pendampingan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM).
Kegiatan Sosialisasi/pendampingan Pencegahan Pernikahan Dini yang dilaksanakan oleh HIMABINA menghadirkan narasumber dari Kesehatan yaitu Herviani Majid, Amd. Keb. CBMHCT, dan Dosen Pendamping Dr. Muh. Safar, M.Pd.,M.Pd dan Andi Srimularahmah, S.Pd.M.Pd yang menyampaikan materi tentang Pernikahan Usia Dini.
Adapun peserta sosialisasi siswa siswi dari SMA Negeri 16 Bone yang terdiri dari perwakilan kelas X, XI dan XII.
"Kegiatan ini berfokus pada penanganan melalui sosialisasi untuk memberikan pemahaman kepada para siswa di sekolah-sekolah terkait tentang resiko pernikahan/perkawinan usia dini, dan pentingnya upaya-upaya untuk mencegah pernikahan usia dini terjadi, sehingga angka pernikahan usia dini dapat teratasi," jelas Dr. Muh. Safar, M.Pd yang juga merupakan Wakil Rektor (Warek) I UNIM Bone.
Lebih lanjut Muh. Safar menjelaskan, melalui pendampingan tersebut para pelajar memiliki bekal ilmu tentang resiko yang dihadapi, dan bagaimana kiat-kiat yang bisa dilakukan agar tidak terjebak dalam pernikahan usia dini. Suatu pernikahan idealnya apabila antara pasangan suami istri matang baik dari segi biologis maupun psikologis, bahkan dari aspek kesiapan sosial dan ekonomi.
“Kematangan biologis adalah apabila seseorang telah cukup usia maupun dari segi fisik dan materi. Sedangkan kematangan psikologis adalah bila seseorang telah dapat mengendalikan emosinya dan dapat berpikir secara baik, dapat menempatkan persoalan sesuai dengan keadaan,” ucap Muh. Safar.
Menurutnya, sosialisasi pencegahan pernikahan dini tersebut sangat penting untuk sama-sama dipahami terutama oleh para pelajar sekolah yang usianya belum cukup untuk menjalani kehidupan rumah tangga. Karena dampak dari pernikahan dini apabila ditinjau dari aspek psikologis dan aspek sosial akan sangat berpengaruh terhadap individu pelaku pernikahan dini tersebut.
Menurut Herviani Majid, Amd. Keb. CBMHCT bahwa ada empat penyebab pernikahan dini yaitu, Pertama, Ekonomi, faktor ekonomi dapat mendorong orang tua atau keluarga untuk mengawinkan anaknya di usia dini. Sebagian orang tua terobsesi untuk memperbaiki perekonomian rumah tangga dengan menjodohkan anak saat masih berusia di bawah 19 tahun dengan harapan untuk mengurangi beban pengeluaran ekonomi keluarga.
Kedua, Pendidikan, seperti yang telah disebutkan dalam beberapa faktor-faktor pemicu perkawinan anak, pengaruh utama yang banyak berkaitan adalah mengenai edukasi atau pendidikan. Faktor pendidikan sendiri juga dapat menjadi penyebab meningkatnya risiko terjadinya perkawinan anak. Pendidikan memengaruhi pengetahuan, informasi, edukasi, dan komunikasi terkait dampak perkawinan anak baik dari sisi orang tua maupun anak. Orang tua dengan pendidikan terbatas, cenderung memiliki pengetahuan yang rendah pula terhadap dampak perkawinan anak.
Ketiga, Sosial dan budaya dapat disalahartikan di suatu komunitas yang kemudian membentuk semacam stigma, nilai, dan kepercayaan dan pelabelan sosial bagi anak yang belum menikah. Sehingga, ada tekanan kepada anak perempuan dengan berbagai label seperti "perawan tua"atau "perempuan tidak laku" yang mendorong keluarga besar untuk segera mengawinkan anak meraka di usia dini (anak). Selain itu, adanya berbagai perspektif salah satunya seperti "lebih baik menikah muda kemudian bercerai daripada tidak laku" ini juga mendorong orang tua segera menikahkan anak mereka yang masih dini.
Keempat, MBA versi gaul adalah kepanjangan dari Married by Accident atau bahasa mudahnya 'hamil diluar nikah'. Kata ini digunakan masyarakat dunia untuk menyingkat kejadian yang disengaja atau tidak disengaja yang menyebabkan kerugian besar bagi si wanita. kata singkatan ini muncul karena 'hamil diluar nikah' juga dianggap aib bagi mayoritas masyarakat dunia. Karena banyak orang yang tidak mengerti singkatan MBA, maka hal ini digunakan untuk percakapan atau gosip rahasia diantara teman yang mengalami masalah tersebut.
Kegiatan ini dimodetatori oleh Muhammad Nurandi dan berharap pada kegaiatan ini bahwa sebagai generasi muda sadar akan peran kita sebaga generasi muda yang meiliki tugas dan tanggung jawab untuk bangsa dan Negara dan lebih focus ununtuk pendidikan demi mempersiapkan geneerasi yang unggul.
Selain itu, ketua panitia yaitu Jasmin berharap menjadi generasi yang mengantisipasi dampak negatifdari pernikahan dini serta cerdas dalam mengambil keputusan.
Diakhir kegaiatan Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Andi Srimularahmah, S.Pd.,M.Pd berharap bahwa penyuluhan ini memberikan edukasi dini kepada para remaja bahwa pernikahan dini bisa diantisipasi sejak dini. "Maka dari itu pencegahan pernikahan dini perlu dilakukan untuk meminilaisir dampak negatif yang diakibatkannya. Kesadaran stakeholder mulai orang tua, tokoh, masyarakat, pemerintah dapat mengubah kasuspernikahan dini dan mengakhiri praktik negatif dari pernikahan dini," ungkapnya. (Ril)
