BONE, BERITABONE.COM-- Salah satu Tridharma Perguruan Tinggi adalah melaksanakan pengabdian kepada masyarakat, dimana insan vokasi terjun la...
BONE, BERITABONE.COM--Salah satu Tridharma Perguruan Tinggi adalah melaksanakan pengabdian kepada masyarakat, dimana insan vokasi terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan sosialisasi, pelatihan maupun pendampingan.
Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) yakni Muh. Iqbal M, Andi Muh Iqbal Akbar Asfar, dan Akhmad Rifai memberikan serangkaian kegiatan pemanfaatan akar bambu menjadi Plant Growth Promoting Rhizobacter (PGPR) / Bakteri Perakaran Pemicu Pertumbuhan Tanaman, Senin (25/7/2022).
PGPR ini merupakan pupuk organik berbentuk cair dengan memanfaatkan bakteri baik yang tumbuh di sekitar akar bambu yang telah lapuk. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di Desa Latellang, Kecamatan Patimpeng, Kabupaten Bone, melalui sinergitas dengan warga dan aparat Desa Latellang Kecamatan Kahu.
Warga Desa Latellang sebagai desa binaan Politeknik Negeri Ujung Pandang sangat antusias ketika mengetahui bahwa akar bambu ternyata bisa disulap menjadi pupuk organik cair yang dapat membantu warga desa dalam pemenuhan pupuk yang semakin terbatas.
“Akar bambu yang lapuk biasanya dibakar kemudian dipisahkan dengan memotong dari bambu yang masih hidup untuk mengurangi bonggol akar bambu. Padahal, akar atau rizoma bambu yang telah lapuk banyak mengandung bakteri atau cendawan yang dapat berfungsi endofit yang menghasilkan metabolit sekunder pada tanaman sebagai bioprotectant perkembangan hama dan penyakit, biostimulant yang menghasilkan fitohormom, dan biofertilizer yang meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman,” tutur Muh.Iqbal saat ditemui redaksi di sela-sela kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM).
“Pembuatan PGPR ini dengan memanfaatkan akar bambu menjadi sangat potensial untuk membantu para petani mengurangi atau mereduksi penggunaan pupuk kimia yang memiliki efek negatif jangka panjang bagi manusia,” tambah Andi Muh Iqbal Akbar Asfar.
Proses pelatihan dilaksanakan tidak hanya memberikan pelatihan, tetapi juga menyediakan dan memberikan peralatan biofermentor untuk memudahkan warga desa dalam memanfaatkan akar bambu. Proses pembuatan PGPR dilaksanakan dua tahap yaitu pembuatan biang PGPR dan pembuatan media tumbuh PGPR. Selama dua minggu fermentasi berlangsung yang kemudian PGPR siap digunakan untuk tanaman palawija atau untuk areal pertanian. (Irfan)