NAMANYA Yudha. Putra dari seorang ibu bernama Murni. Sejak ditinggal suami, Murni harus mengais rejeki lewat jualan jalangkote. Pekerjaan i...
NAMANYA Yudha.
Putra dari seorang ibu bernama Murni. Sejak ditinggal suami, Murni harus mengais rejeki lewat jualan jalangkote.
Pekerjaan ini digelutinya setiap hari. Jalangkote yang dibuatnya dijual di pasar. Lewat jualan itulah, dia membiayai hidupnya dengan empat anak.
Yudha lelaki cilik ini
ternyata sadar akan keterbatasan biaya hidup keluarganya. Dia memilih menjadi marbot, walau sebetulnya dari segi umur masih terlalu muda. Namun demikian, umur bukanlah menjadi penghalang karena telah menjadi pilihan dibanding harus menghabiskan waktunya begitu saja.
Yudha tak menganggap marbot masjid pekerjaan berat. Dia melakoninya setiap hari walau hanya menerima uang apa adanya. Dia merasa bersyukur dan bisa membantu ibunya sesuai kemampuannya.
Kehadirannya dalam acara Baznas Bone Menyantuni menjadi pusat perhatian. Bahkan Hj. Farida Hanafing, ST (WK. II Bid. Pendistribusian dan Pendayagunaan) matanya berkaca-kaca saat melihat Yudha.
Bahkan Hj. Farida Hanafing bersama Ismi Kasmita Asnin (Penyuluh Agama Kec. Mare) bertandang kerumah Yudha di Lorong Bambu, Kelurahan Padaelo Kecamatan Mare untuk melakukan penyerahan bantuan konsumtif.
Farida Hanafing mengatakan bahwa dalam acara penyerahan bantuan untuk 91 marbot di 18 desa di Kecamatan Mare, melihat seorang bocah yang memakai seragam sekolah.(*)